Senin, 03 Juni 2013

Pemberdayaan Lingkungan Sosial dan Politik.

unsur lingkungan sosial politik yang membentuk struktur sosial serta yang memungkinkan berkembangnya norma-norma. Pandangan ini mencoba mengangkat pentingnya social capital pada struktur dan hubungan kelembagaan yang paling resmi seperti pemerintahan, rejim politik, penerapan hukum, sistem peradilan serta pembebasan sipil dan politik. Pandangan ini tidak hanya melihat sisi positif dan negatif social capital serta pentingnya memupuk ikatan antar- dan inter-komunitas tapi juga melihat bahwa kemampuan beragam kelompok sosial untuk memperjuangkan kepentingannya sangat tergantung pada besar kecilnya dukungan yang diterima dari negara maupun dari sektor swasta. Sama seperti negara tergantung pada stabilitas sosial serta adanya dukungan luas. Singkatnya, pembangunan sosial ekonomi dapat berlangsung dengan baik jika negara, sektor bisnis dan masyarakat madani bisa menciptakan suatu forum di dalam dan lewat mana mereka bisa mengidentifikasikan dan mengejar tujuan bersama. Bagaimana Mengukur Social Capital?. Social capital telah diukur dengan berbagai cara inovatif meskipun dengan berbagai alasan sangat tidak mungkin untuk mendapatkan satu ukuran yang mutlak atau bahkan yang memuaskan sekalipun. Pertama, definisi social capital yang sangat komprehensif memerlukan pendekatan multidimensional, penyatuan tingkat dan unit analisa yang berbeda-beda. Kedua, Setiap usaha untuk mengukur karakter dari konsep yang secara inheren tidak punya arti tunggal seperti komunitas, ;jaringan, dan organisasi itu menimbulkan masalah. Ketiga, Hanya sedikit survei jangka panjang dirancang untuk mengukur social capital menyebabkan peneliti kontemporer hanya mengumpulkan berbagai item yang mendekati seperti ukuran kepercayaan pemerintahan, trend pemberian suara, keanggotaan organisasi sipil, waktu yang dihabiskan untuk kerja voluntir. Semoga survei baru yang saat ini sedang dilaksanakan akan menghasilkan indikator yang lebih mengena dan akurat. Mengukur social capital mungkin saja sulit namun bukanlah hal yang mustahil dilakukan dan beberapa studi yang bagus telah mengidentifikasikan pendekatan yang berguna untuk social capital dengan menggunakan bermacam-macam tipe dan kombinasi yang berbeda dari metodologi penelitian kualitatif, komparatif dan kuantitatif. Studi Kuantitatif. Dalam World Values Survey (WVS) yang menggunakan sampel dari 29 pasar ekonomi, Knack dan Keefer (1997) menggunakan indikator kepercayaan dan norma-norma sipil. Maksud digunakannya indikator tersebut dalam mengukur kekuatan asosiasi sipil adalah untuk menguji 2 pendapat berbeda tentang efek social capital terhadap pertumbuhan ekonomi yakni Olson Effects (asosiasi mengekang pertumbuhan lewat rent-seeking) dan Putnam Effects (asosiasi memudahkan pertumbuhan dengan cara meningkatkan kepercayaan). Inglehart (1997) sudah melakukan penelitian ekstensif tentang implikasi hasil WVS terhadap teori umum modernisasi dan pembangunan. Narayan dan Prichett (1997) dengan menggunakan data dari Tanzania Social Capital and Poverty Survey (SCPS) berhasil membentuk ukuran social capital di pedesaan Tanzania. Survei berskala besar ini meneliti tentang sifat dan jangkauan dari kegiatan berasosiasi dari beberapa individu serta kepercayaan mereka terhadap berbagai individu dan kelembagaan. Penelitian ini dicocokkan dengan data pendapatan rumah tangga pada desa-desa yang sama (keduanya dari SCPS dan dari survei rumah tangga terdahulu, The Human Resources Development Survey). Hasilnya memperlihatkan bahwa social capital pada tingkat desa meningkatkan pendapatan rumah tangga.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar